Senin, 12 Oktober 2009

INDONESIAN COMMUNICATION SYSTEMS

Maya Lisa

KEBUDAYAAN TIONGHOA MKT 11 – 1C

2007110342

LATAR BELAKANG SUKU

Suku bangsa Tionghoa (biasa disebut juga Cina) di Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren ("orang Tang"). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa - Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Cina utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (hanren, "orang Han").

Tionghoa (dialek Hokkien, yang berarti Bangsa Tengah; dalam Bahasa Mandarin ejaan Pinyin, kata ini dibaca "zhonghua") merupakan sebutan lain untuk orang-orang dari suku atau ras Tiongkok di Indonesia. Kata ini digunakan untuk menggantikan kata "Cina" yang kini memiliki konotasi negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan.

KARAKTERISTIK MASYARAKAT TIONGHOA

Persepsi positif tentang masyarakat Tionghoa :

- Rajin bekerja

- Pintar dagang

- Berpikir untuk masa depan

- Hemat

- Memiliki banyak kebudayaan

- Memiliki kepercayaan warna merah adalah keberuntungan

Persepsi negatif tentang masyarakat Tionghoa :

- Pelit

- Individualisme (hanya mementingkan diri sendiri)

- Licik

- Peminum dan penjudi

WAWANCARA MENGENAI KEBUDAYAAN TIONGHOA

Masyarakat Tionghoa memiliki banyak keahlian. Yang sampai saat ini masih berkembang adalah pengobatan tradisional Tionghoa seperti pengobatan herbal dan akupuntur.

Kebudayaan Tionghoa, pada saat pernikahan selalu menggunakan busana pengantin berwarna merah. Begitu juga dengan dekorasi ruangan kamar pengantin menggunakan warna merah. Sebab warna merah mempunyai arti keberuntungan dan kebahagian.

Pada saat hari raya Imlek, dekorasi ruangan – ruangan rumah juga berwarna merah dan yang paling khas adalah pada saat hari raya Imlek tidak boleh menyapu selama 3 hari. Masyarakat Tionghoa memiliki kepercayaan bahwa menyapu pada saat imlek akan membuang rejeki. Pada hari raya Imlek setiap anggota keluarga diwajibkan untuk duduk bersama di meja makan untuk makan bersama. Ini menunjukan kekeluargaan dan kebersamaan. Kebiasaan lain pada saat Imlek adalah pemberian amplop merah yang berisikan uang yang biasa disebut angpao. Kebiasaan memberi angpao masih berkembang sampai saat ini.

PEMBAHASAN

Persepsi positif tentang masyarakat Tionghoa memang benar. Masyarakat Tionghoa selalu memikirkan masa depannya dan anak-anaknya dan keluarganya, oleh karena itu masyarakat Tionghoa sangat rajin bekerja untuk mencari nafkah. Kebanyakan masyarakat Tionghoa memiliki profesi sebagai pedagang. Masyarakat Tionghoa memiliki kepercayaan bahwa warna merah adalah warna keberuntungan. Biasanya ini diterapkan dalam hari raya Imlek dan pernikahan.

Masyarakat Tionghoa memiliki banyak kebudayaan yang ada sampai saat ini seperti ketrampilan permainan barongsai dan teknik pengobatan tradisional seperti pengobatan herbal dan akupuntur.

KOMUNIKASI ANTAR SUKU YANG BERBEDA

Dalam hal komunikasi, kebudayaan Tionghoa tidak mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan suku yang lain. Karena kebudayaan Tionghoa dapat mengikuti perkembangan zaman dan mudah beradaptasi tapi tidak meninggalkan kebudayaan yang lama. Masyarakat Tionghoa terkenal pintar menjaga kebudayaan dan mewarisi kebudayaannya kepada anak dan cucu.

Salah satu contoh kebudayaan Tionghoa yang mengikuti perkembangan zaman adalah kepercayaan bahwa warna merah adalah warna keberuntungan yang biasa dipakai dalam Imlek dan pernikahan. Tetapi sering kita lihatdalam pernikahan pengantin tidak menggunakan pakaian berwarna merah. Masyarakat Tionghoa menyesuaikan dengan kebudayaan dari barat yaitu menggunakan pakaian pengantin berwarna putih dengan desain yang cukup modern. Ini digunakan untuk masyarakat yang sudah mulai modern, tetapi busana merah tetap digunakan oleh masyarakat tionghoa totok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar